Kuliah Perancangan Sistem Informasi Pertemuan 3

March 31, 2023
Muhammad Syukri

Pada pertemuan ke 3 ini kita akan membahas beberapa point tentang perancangan sistem informasi

NOTE: Materi bahasan beberapa point seperti: Proses perancangan sistem informasi, Model dan arsitektur sistem informasi, Pengembangan diagram alir data (DFD), Penggunaan Unified Modeling Language (UML)

Proses perancangan sistem informasi

Proses perancangan sistem informasi dapat dimulai dengan 8 langkah berikut:

  1. Identifikasi kebutuhan bisnis: Langkah pertama adalah mengidentifikasi kebutuhan bisnis yang ingin dicapai melalui sistem informasi yang akan dirancang. Hal ini dapat dilakukan dengan menganalisis proses bisnis yang ada dan menentukan masalah yang dapat diatasi atau kesempatan yang dapat dimanfaatkan dengan adanya sistem informasi.
  2. Definisikan tujuan dan ruang lingkup: Setelah kebutuhan bisnis teridentifikasi, langkah selanjutnya adalah menentukan tujuan sistem informasi dan ruang lingkup yang akan dicakup dalam perancangan. Tujuan harus spesifik dan dapat diukur, sedangkan ruang lingkup harus mencakup fitur dan fungsionalitas utama yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
  3. Identifikasi pemangku kepentingan: Sistem informasi akan digunakan oleh berbagai pemangku kepentingan, seperti pengguna, manajer, dan pemilik bisnis. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi siapa saja yang akan terlibat dalam penggunaan sistem informasi dan bagaimana kebutuhan mereka dapat dipenuhi.
  4. Analisis kebutuhan fungsional dan non-fungsional: Setelah tujuan dan ruang lingkup ditentukan, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis kebutuhan fungsional dan non-fungsional. Kebutuhan fungsional mencakup fitur dan fungsi yang harus ada dalam sistem informasi, sedangkan kebutuhan non-fungsional mencakup persyaratan kinerja, keamanan, dan ketersediaan.
  5. Perancangan sistem: Setelah analisis kebutuhan selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah merancang sistem informasi. Tahap ini mencakup desain arsitektur, desain basis data, desain antarmuka pengguna, dan desain fungsionalitas.
  6. Implementasi: Setelah perancangan selesai, langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan sistem informasi. Ini mencakup pengembangan perangkat lunak, instalasi perangkat keras, dan pengujian.
  7. Peluncuran: Setelah implementasi selesai, sistem informasi siap untuk diluncurkan. Langkah ini mencakup pelatihan pengguna, migrasi data, dan penyelesaian masalah awal.
  8. Pemeliharaan: Setelah peluncuran, sistem informasi harus dipelihara dan ditingkatkan secara teratur untuk memastikan kinerja yang optimal. Hal ini mencakup pemecahan masalah, pemeliharaan perangkat lunak, dan peningkatan fungsionalitas.

Model dan arsitektur sistem informasi

Model sistem informasi adalah representasi abstrak dari sistem informasi yang akan dibangun, yang menggambarkan elemen-elemen penting dan hubungan antara elemen tersebut.

Model sistem informasi biasanya terdiri dari beberapa bagian, termasuk model bisnis, model data, model proses, dan model antarmuka pengguna.
  1. Model Bisnis: Model bisnis menggambarkan tujuan bisnis dan proses bisnis yang akan didukung oleh sistem informasi. Model ini menjelaskan peran dan tanggung jawab setiap bagian dalam organisasi dan bagaimana bagian-bagian tersebut berinteraksi.
  2. Model Data: Model data menggambarkan bagaimana data akan disimpan, diorganisasi, dan diakses oleh sistem informasi. Model ini biasanya berisi diagram Entity-Relationship (ER) atau class diagram yang menjelaskan entitas atau objek, atribut, dan relasi antara entitas atau objek tersebut.
  3. Model Proses: Model proses menggambarkan alur kerja dan aktivitas yang harus dilakukan dalam sistem informasi. Model ini biasanya menggunakan flowchart atau activity diagram untuk menggambarkan alur kerja dan aktivitas.
  4. Model Antarmuka Pengguna: Model antarmuka pengguna menggambarkan tampilan dan interaksi antara pengguna dan sistem informasi. Model ini biasanya menggunakan wireframe atau mockup untuk menggambarkan tampilan dan layout antarmuka pengguna.
Sementara itu, arsitektur sistem informasi adalah kerangka atau struktur yang menjelaskan bagaimana komponen sistem informasi berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bisnis. Arsitektur sistem informasi mencakup tiga aspek utama:
  1. Arsitektur teknologi: Merupakan kerangka kerja teknologi yang digunakan dalam sistem informasi, termasuk perangkat keras, perangkat lunak, dan jaringan.
  2. Arsitektur data: Merupakan rancangan struktur dan alur data dalam sistem informasi. Hal ini mencakup desain basis data, model data, dan kebijakan pengelolaan data.
  3. Arsitektur aplikasi: Merupakan rancangan struktur dan alur aplikasi dalam sistem informasi. Hal ini mencakup aplikasi yang digunakan untuk menjalankan sistem informasi dan interaksi antara aplikasi tersebut dengan komponen lain dalam sistem informasi.
  4. Arsitektur sistem informasi biasanya terdiri dari beberapa lapisan, seperti lapisan presentasi, lapisan bisnis, dan lapisan data. Setiap lapisan memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda untuk memastikan sistem informasi bekerja secara efektif dan efisien.

Pengembangan diagram alir data (DFD)

Diagram Alir Data (Data Flow Diagram/DFD) adalah salah satu metode yang digunakan untuk memodelkan proses bisnis dalam sebuah sistem informasi. DFD memetakan aliran data atau informasi dari satu proses ke proses yang lain, dan menunjukkan bagaimana data diproses dan disimpan di dalam sistem. DFD juga memperlihatkan interaksi antara pengguna dengan sistem serta bagaimana sistem tersebut berinteraksi dengan sistem lain.

DFD biasanya terdiri dari beberapa level yang berbeda, dimulai dari level yang paling tinggi hingga level yang paling rinci. Level-level DFD tersebut antara lain:
  1. Level Konteks Level DFD yang paling tinggi, menggambarkan sistem secara keseluruhan dan menunjukkan hubungan antara sistem dengan pengguna dan sistem lain yang terkait. Level konteks biasanya hanya memiliki satu proses utama dan menunjukkan input dan output yang diperlukan oleh sistem.
  2. Level 0 Level DFD berikutnya, menunjukkan proses-proses utama dalam sistem dan bagaimana data mengalir antara proses-proses tersebut. Level 0 biasanya terdiri dari beberapa proses utama dan menunjukkan input dan output dari masing-masing proses.
  3. Level-level berikutnya Level DFD yang lebih rinci, menggambarkan proses-proses pada level 0 dengan lebih rinci lagi, dan menunjukkan bagaimana data diolah dan disimpan di dalam sistem. Level-level ini terus berlanjut hingga tingkat terendah yang mungkin.
Contoh Pengembangan Diagram Alir Data (DFD) untuk sistem perpustakaan:
  1. Level Konteks
  2. Level 0
  3. Level 1

Pada contoh DFD di atas, level konteks menunjukkan interaksi antara sistem perpustakaan dengan pengguna dan sistem lain yang terkait, seperti sistem database buku. Level 0 menunjukkan proses utama dalam sistem, yaitu peminjaman dan pengembalian buku. Level 1 menunjukkan bagaimana data diolah dan disimpan dalam sistem untuk proses peminjaman dan pengembalian buku. Proses peminjaman buku memerlukan input data dari anggota perpustakaan dan buku yang ingin dipinjam, sedangkan proses pengembalian buku memerlukan input data dari buku yang dikembalikan oleh anggota perpustakaan. Proses-proses tersebut kemudian menghasilkan output data seperti status peminjaman dan catatan peminjaman.

Penggunaan Unified Modeling Language (UML)

Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa pemodelan visual yang digunakan untuk merancang, memvisualisasikan, dan mendokumentasikan sistem atau perangkat lunak. UML digunakan untuk memahami, mendesain, dan mengembangkan sistem informasi dengan menggunakan model yang terdiri dari berbagai elemen seperti use case, class, sequence, activity, dan lain-lain.

UML dapat digunakan untuk:

  1. Mengkomunikasikan ide dan konsep secara visual antara tim pengembang, stakeholder, dan pengguna.
  2. Membuat desain sistem atau perangkat lunak yang efisien, terstruktur, dan mudah dimengerti.
  3. Mendokumentasikan dan memperjelas proses bisnis dan fungsionalitas sistem atau perangkat lunak.
Beberapa elemen UML yang sering digunakan antara lain:
  1. Use Case Diagram Digunakan untuk menggambarkan interaksi antara pengguna dengan sistem, serta menunjukkan tujuan dari penggunaan sistem.
  2. Class Diagram Digunakan untuk menggambarkan struktur kelas dalam sistem, termasuk atribut dan metode yang dimiliki oleh setiap kelas.
  3. Sequence Diagram Digunakan untuk menggambarkan urutan interaksi antara objek dalam sistem, baik itu pengguna, kelas, maupun sistem eksternal.
  4. Activity Diagram Digunakan untuk menggambarkan alur kerja dalam sistem, serta menunjukkan proses-proses yang terjadi dan keputusan yang diambil pada setiap tahapnya.
Contoh penggunaan UML:

Pertimbangkan sebuah sistem penjualan online. Pengguna dapat memilih produk, menambahkan produk ke dalam keranjang belanja, dan melakukan pembayaran untuk produk tersebut.

  1. Use Case Diagram
  2. Class Diagram
  3. Sequence Diagram
  4. Activity Diagram

Pada contoh penggunaan UML di atas, Use Case Diagram menunjukkan interaksi antara pengguna dan sistem, serta tujuan dari penggunaan sistem. Class Diagram menunjukkan struktur kelas dalam sistem, serta atribut dan metode yang dimiliki oleh setiap kelas. Sequence Diagram menunjukkan urutan interaksi antara objek dalam sistem, dari pemilihan produk hingga pembayaran. Activity Diagram menunjukkan alur kerja dalam sistem, serta proses-proses dan keputusan yang diambil pada setiap tahapnya.